Jumat, 23 September 2011

Laporan Pendahuluan Pada pasien Dengan Keracunan (Korosif & Non- Korosif)


KERACUNAN KOROSIF DAN NON KOROSIF

A.   KONSEP DASAR KERACUNAN KOROSIF DAN NON KOROSIF
1. DEFINISI
     Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan fungsi organ tubuh yang terjadi karena kontak dengan bahan kimia atau masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberianny. Sedangkan korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia suatu logam dengan lingkungannya. Bahan penyebab keracunan itu sendiri disebut dengan korosif. Bahan penyebab keracunan itu ada 2 yaitu bahan korosif dan non korosif.  

2. EPIDEMIOLOGI
     Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan dibeberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam masyarakat. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).

3. ETIOLOGI
     Bahan penyebab keracunan dapat diklasifikasikan menjadi :
-          Obat-obatan ( amfetamin, opioid, parasetamol dan lain-lain)
-          Bahan kimia industri dan rumah tangga ( bahan korosif, hidrokarbon, alkohol dan glikol, logam, gas beracun, dan lain-lain)
-          Pestisida (organososfat dan karbamat, organklorin, pestisida yang mengandung arsen)
-          Racun alam ( racun tanaman dan sengatan binatang berbisa)



4. FAKTOR PREDISPOSISI
     Pada anak terdapat faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan, yaitu :
  • Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam faseoral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegangkedalam mulutnya.
  • Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya (termasuk disini anak dengan retardasi mental).
  • Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
  • Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalumenentang perintah atau melanggar larangan.
     Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan lebih sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau usaha bunuh diri. Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya pembunuhan anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian dia bunuh diri.

5. GEJALA KLINIS
Saluran pencernaan : mual, muntah nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan.
Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam, tinnitus, disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
BMR meningkat : tachipnea,tachikardia,panas dan berkeringat
Gangguan metabolisme karbohidrat : Ekskresi asam organik dalam jumlah besar,hipoglikemia atau hiperglikemia, ketosis.

6. PEMERIKSAAN FISIK
     Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang belum jelas penyebabnya. Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada keracunan-keracunan tertentu seperti :
1.      B A U :
·         Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
·          Coal gas : Carbon monoksida·         Buah per : Chloralhidrat
·         Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
·         Alkohol : Ethanol, methanol
·         Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak
2.      K U L I T :
·         Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
·         Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
·         Kering : Anticholinergik
·         Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida·
·         Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
·         Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular
·         Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain
3.      SUHU TUBUH :
·         Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,   fenothiazin
·         Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,fenothiazin,theofilin
4.      TEKANAN DARAH :
·         Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
·         Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika,  fenothiazin, clonidin, beta-blocker
5.      NADI :
·         Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker,ethchlorvynol
·         Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol,okain,aspirin,   theofilinArithmia : anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-blocker
6.      SELAPUT LENDIR :
·         Kering : AnticholinergikSalivasi : Organofosfat, carbamatLesi mulut : Bahan korosif, paraquatLakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan
7.      RESPIRASI :
·         Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
·         Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksidaKussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat
8.      OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik
9.      SUSUANAN SARAF PUSAT:
·         Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, soniazid,organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
·         Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ),fenothiazin, diazepam,organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.Midriasis : Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD, glutethimid.
·         Buta,atropi optik : MethanolFasikulasi : OrganofosfatNistagmus : Difenilhidantoin,barbiturat,carbamazepim,ethanol,carbon monoksida,ethanolHipertoni : Anticholinergik,fenothiazin,strichnynMioklonus,rigiditas : Anticholinergik,fenothiazin,haloperidolDelirium/psikosis : anticholinergik,simpatomimetik,alkohol,fenothiazin,logam berat,marijuana,cocain,heroin,metaqualonKoma : Alkohol,anticholinergik,sedative hipnotik,carbonmonoksida,Narkotika,anti depressi trisiklik,salisilat,organofosfatKelemahan,paralise: Organofosfat,carbamat,logam berat
10.  SALURAN PENCERNAAN : Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat, jamur,lithium,flourida,organofosfat nyeri perut

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan laboratorium
    Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
  2. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate.
  3. Pemeriksaan toksikologi :
-          Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”
-           Bahan diambil dari :
a.       Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
b.      Urine sebanyak 100 ml
c.       darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
8. PENATALAKSANAAN
1.     Tindakan emergensi
Airway : Bebask an jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontanatau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2.     Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3.     Eliminasi racun.
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambatmotilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan : a.      Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.b.      Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah : 
  • Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandungbahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandunghalogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.   Keracunan bahan korossif   Keracunan bahan - bahan perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti  strichnin)  
  • Penderita kejang 
  • Penderita dengan gangguan kesadaran
b.  Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
·        Keracunan bahan korosif
·        Keracunan hidrokarbon
·        Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri, kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih
c.       Pemberian Norit ( activated charcoal )Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian  norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis.
     Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
  •  Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene.· 
  •  Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.·    
  •  Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,quinine, theophylline, cyclic anti - depressantsNorit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat danalkohol.
  • CatharsisEfektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen.
  •  Diuretika paksa ( Forced diuretic )Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ).Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hatijangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal
  • IV.     Pemberan antidotum kalau mungkin
  • Pengobatan SupportifPemberian cairan dan elektrolitPerhatikan nutrisi penderitaPengobatan simtomatik ( kejang,  hipoglikemia, kelainan elektrolitdsb.)


B.       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.     PENGKAJIAN
A. Identitas diri klien
B. Status kesehatan
- Status kesehatan saat ini : keluhan utama, alasan MRS, dan perjalanan sakit saat ini, upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- Status kesehatan masa lalu : penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat, alergi , riwayat penyakit keluarga, dan diagnosa medis & therapy.
C. Pola Kebutuhan Dasar Manusia ( 14 pola Virginia Henderson )
D. Pemeriksaan fisik             
ANALISIS DATA
A. Data subjektif
·     Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
·     Pasien mengeluh nafas terasa berat dan bahkan merasa sesak
·     Pasien mengeluh pandangan terasa kabur
·     Pasien mengeluh dada terasa berdebar-debar
·     Satpam mengatakan bahwa pasien berada dalam keadaan menyala dan pintu kaca mobil tertutup
 
B. Data Objektif
·     Pasien tampak kebingungan, penyimpangan proses pemikiran, kehilangan daya ingat
·     Pasien tampak ketakutan, tampak cemas
·     Pasien mengalami tremor pada motorik halus seperti pada wajah, lidah, tangan, dan bahkan kejang
·     Pasien tampak lemah
·        Suhu:38OC ; TD:130/100 mmHg ; RR:29X/menit; Nadi:90 X/menit

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru akibat akumulasi udara 
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan respon saraf autonom pada perubahan status sistem yang tiba-tiba
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


3.     INTERVENSI

DIAGNOSA
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONALISASI
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru akibat akumulasi udara 

Pola nafas efektif

-Pasien mampu mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat pernafasan yang normal.
-     Paru-paru pasien bersih , bebas dari cianosis, dan tanda-tanda / gejala-gejala hipoksia yang lain.


-     Pantau tingkat/kedalaman dan pola pernafasan. Catat periode apnea, pernafasan Cheyne-Stokes
-     Auskultasi bunyi nafas
-     Catat pengembangan dada
-     Pertahankan posisi tidur yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur
-       Berikan tambahan O2

-    Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisiras mungkin berubah secara drastis.
-    Bunyi nafas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmen paru, atau seluruh area paru ( unilateral ). Area atelektasi tidak ada bunyi nafas, dan pada area yang kolaps menurun bunyinya, Evaluasi juga dilakukan untuk area yang bajk pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pneumotorak
-    Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru.
-    Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru
-    Hipoksia pada susunan saraf pusat mengakibatkan depres pernafasan

2.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan respon saraf autonom pada perubahan status sistem yang tiba-tiba
Tidak terjadi cedera

-  Trauma pada pasien tidak terjadi
- Pasien mengerti tentang keadaan sakit yang dialaminya saat ini
- Pasien kooperatif dalam setiap tindakan yang diberikan

-  Pasang bantalan lunak atau penghalang pada tempat tidur
-  Pantau adanya kejang / kedutan pada kaki, tangan dan wajah
-  Pertahankan tirah baring selama fase akut. Berikan bantuan pada pasien sesuai kebutuhannya
-  Berikan penjelasan pada pasien tentang apa yang sedang dialami dan apa tujuan seyiap tindakan yang diberikan


-    Mengurangi terjadinya trauma akibat jatuh dari tempat tidur saat pengobatan karena pasien mengalami penurunan ketajaman pandang
-    Mencerminkan adanya hipoksia pada ssp yang dapat mempengaruhi kerja saraf- saraf yang lain termasuk saraf penglihatan ( pasien menjadi buta )
-    Menurunkan resiko terjatuh/ trauma
-    Akan mampu meningkatkan kesadaran pasien tentang keadaannya saat ini dan mampu menurunkan cemas yang dialami pasien, dan pasien mau kooperatif dalam setiap tindakan yang diberikan

3.Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral
Nyeri berkurang

-  Pasien mampu melaporkan tingkat nyeri yang berkurang atau hilang
-  Pasien relaks, tidak gelisah dan tidak menunjukkan gejala-gejala nyeri non verbal lainnya

-    Teliti keluhan nyei, catat intensitasnya    (dengan skala 0 – 10) , karakteristiknya ( berdenyut, konstan) lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakannya
-    Observasi tanda – tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung, pernafasan, tekanan darah
-    Berikan kompres lembab/kering pada kepala, leher sesuai dengan kebutuhan pasien
-   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik  seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya
-    Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai dengan indikasi


-     Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan dapat mengevaluasi keefektifan terapi yang diberikan
-     Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut atau kronis, jadi manifestasi fisiologinya dapat muncul atau tidak
-     Kompres mampu meningkatkan sirkulasi dan mampu menimbulkan relaksasi
-     Penangan pertama pada sakit kepala secara umum hanua kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vaskuler
-     Pemendekan serangan sakit kepala 60 % - 70% pada beberapa pasien dapat menurunkan hipoksia yang berhubungan dengan perubahan tekanan vaskuler cerebral

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Dapat beraktivitas dan mobilisasi dengan normal

-     Pasien mampu berpartisispasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan
-     Pasien mampu melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur
-     Pasien mampu menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis
 

-    Kaji respon pasien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi yang lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktifitas, dispneu, keletihan, dan kelemahan yang berlebihan
-    Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan
-    Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahapjika dapat ditoleransi. Beriakan bantuan sesuai kebutuhan
 

-     Menyebutkan parameter akan membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktifitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas
-     Teknik penghematan energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
-     Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung secara tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas 


4.     EVALUASI
1.      Pola nafas efektif
2.      Tidak terjadi cedera
3.      Nyeri berkurang
4.      Dapat beraktivitas dan mobilisasi dengan normal

 
 
 
 
 


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar